Tag: Puisi

Daftar Kumpulan Puisi tentang Guru yang Bikin Hati Tersentuh

Puisi adalah karya sastra yang berasal dari ungkapan atau hasil curahan hati penyair. Itu sebabnya puisi hadir dengan berbagai tema yang terkadang memberi kesan personal.
Mengutip buku Seni Mengenal Puisi tulisan Agnes Pitaloka dan Amelia Sundari, puisi bisa menjadi sarana untuk mengekspresikan keresahan, imajinasi, pengalaman, kesenangan, ataupun nasihat. Tak heran jika banyak orang yang mengutarakan perasaannya melalui puisi, termasuk para murid yang membacakan puisi tentang guru.
Puisi tentang guru merupakan wujud penghargaan dan penghormatan dari murid atas jasa guru yang tak ternilai. Puisi ini biasanya dibacakan pada Hari Guru Nasional dan HUT PGRI yang jatuh setiap 25 November.
Tak hanya itu, momen-momen tertentu seperti perpisahan dan hari ulang tahun guru juga bisa menjadi saat yang tepat untuk membacakan puisi tentang guru.
Bagi murid yang ingin mengungkapan rasa terima kasihnya kepada guru, kumpulan puisi tentang guru di bawah ini bisa menjadi inspirasi.

Kumpulan Puisi tentang Guru

Berikut kumpulan puisi tentang guru dikutip dari buku Kumpulan-Kumpulan Puisi Guru karya Siswa-Siswi MTs Manbaul Huda Pundenrejo dan Semesta Kisah Kehidupan tulisan Karsilah, S.Ag., dkk.
1. Engkau Guru
Engkau yang memberi ilmu pada kami
Kaulah yang mengajar menulis
Engkau juga mengajar menghitung dan membaca
Engkau adalah pelita bagi kami
Ibu dan bapak guru tak pernah lelah mengajar kami
Bagiku engkau pahlawanku
Tanpamu tak kan berarti
Engkau bagai embun penyejuk
Walau kami sering membuatmu marah
Kau pun tak pernah bosan
Kami tidak bisa membalas jasamu
Terima kasih ku
2. Guruku
Kau adalah pembimbingku
Pengajar dalam kehidupanku
Kau bagaikan penerang dalam hidupku
Tanpamu apalah jadinya aku
Oh guruku
Bagiku kau adalah pahlawan
Telah banyak ilmu yang kau ajarkan
Demi masa depanku yang terang
Tak kenal lelah kau ajariku
Sampaiku mengetahui ini dan itu
Dengan sabar kau ajariku
Sungguh besar jasamu wahai guru
3. Guruku Sang Penerang Jalan
Guruku…
Kau laksana pelita
Pelita yang menuntun langkahku
Pelita yang mengarahkan perjalananku yang masih panjang
Tak hanya ilmu akademik yang kau tuangkan untuk kami
Tapi, pesan moral yang kau selalu selipkan di tiap ilmu yang kau berikan
Pesan moral yang bermanfaat untuk kehidupan mendatang kami
Ketika kami melakukan kesalahan
Kau selalu menasihati kami
Ketika kau mulai emosi, kami tahu itu bukan karena kau marah
Tapi karena kau sayang dan ingin melihat kamu lebih sukses darimu
Maafkan kami atas perbuatan kami yang mungkin pernah menyakitimu
Maafkan kami yang sering membuatmu kesal atas kelakuan kami
Maafkan kami yang pernah menganggap remeh dirimu
Maafkan kami yang pernah membantah kata-katamu
Jasa-jasamu takkan pernah kami lupa
Selalu kuingat sampai kapan pun
Hanya ada dua kata yang mampu kuucap
Terima kasih dan maaf oh guruku…
4. Guruku, Pahlawan Sejati
Tanpamu aku tak bisa apa-apa
Tanpamu aku tak bisa menggapai cita-citaku
Tanpamu aku bukan siapa-siapa
Karena engkau aku dapat semuanya
Guru…
Jasamu tertanam abadi di lubuk hatiku
Kau bekali aku dengan iman
Kau ajari aku berbagai ilmu pengetahuan
Sungguh mulia hatimu
Guru…
Kaulah pahlawan sejati
Kau berjuang keras agar aku cerdas
Kau menuntunku perlahan namun pasti
Menjadi generasi penerus bangsa
Terima kasih guru
Jasamu tiada tara
Berkat jasamu, banyak prestasi yang aku dapatkan
Kau laksana pintu gerban nan kokoh
Buat kesuksesanku
5. Guru
Guru
Kau adalah awal cita-cita
Kau membimbing dengan penuh semangat
Kau beri tahu aku banyak hal
Tanpamu aku tak bisa menulis dan membaca
Guru terima kasih atas bimbinganmu
Dari kami tidak mengerti sampai kami mengerti
Terima kasih guru

Apa Itu Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu dalam Tembang Macapat Jawa?

Guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu adalah aturan-aturan yang digunakan dalam tembang macapat Jawa. Masing-masing dari aturan tersebut memiliki pengertian dan ciri yang berbeda.
Guru wilangan adalah banyaknya jumlah suku kata (wanda) dalam setiap baris. Sedangkan guru gatra merupakan banyaknya jumlah larik (baris) dalam satu bait. Lalu, ada guru lagu yang merupakan persamaan bunyi sajak pada akhir kata dalam setiap baris. Bunyi lagu pada akhir gatra (a, i, u, e, o) disebut dong dinge swara’.
Macapat sendiri merupakan puisi tradisional dalam bahasa Jawa. Biasanya, lirik-lirik macapat yang disebut dengan tembang disenandungkan orang tua untuk menidurkan anaknya.
Mengutip buku Macapat: Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna oleh Zahra Haidar (2018), tembang macapat berisi petuah atau wejangan (nasihat) dengan banyak pelajaran yang terkandung di dalamnya. Karena itu, tembang macapat banyak digunakan oleh orangtua sebagai sarana untuk menasihati anak-anak mereka agar mengerti makna kehidupan.
Seperti yang telah disebutkan, tembang macapat disusun menggunakan aturan tertentu, yaitu guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Agar lebih memahaminya, simak contoh berikut.

Contoh Guru Gatra dan Guru Laku

Ngelmu iku kalakone kanthi laku,
lekase lawan kas,
tegese kas nyantosani,
setya budya pengkesing dur angkara
Guru gatra dalam tembang tersebut adalah 4. Maksudnya, tembang di atas memiliki 4 baris atau larik. Setiap lariknya dapat berupa frasa, klausa, atau kalimat.
Sedangkan, guru lagu tembang tersebut yaitu u, a, i, a. Maksudnya, akhir suku kata setiap baris harus berupa huruf vokal u, a, i, a. Baris pertama harus berakhir dengan vokal u, baris kedua dengan vokal a, baris ketiga dengan vokal I, dan baris keempat dengan vokal a.

Contoh Guru Wilangan

Kabeh iku mung manungsa kang pinunjul,
marga duwe lahir batin,
jroning urip iku mau,
isi ati klawan budi,
iku pirantine ewong.
Guru wilangan dalam tembang tersebut adalah 12, 8, 8, 8, 8. Maksudnya, baris bertama berjumlah 12 suku kata, baris kedua berjumlah 8 suku kata, baris ketiga berjumlah 8 suku kata, baris keempat berjumlah 8 suku kata, dan baris kelima berjumlah 8 suku kata.